May 22, 2008

Tangani Aroma Miss V Tak Sedap

Meskipun kerap menjadi permasalahan klasik, Miss V beraroma tak sedap harus mendapat perhatian dan penanganan yang tepat. Tak perlu langsung panik, karena sebagian perempuan di luar sana juga mengalami hal serupa.

Aroma tak sedap ini tidak saja mengganggu bila Anda tak peduli dengan perawatan bagian sensitif itu. Namun apa jadinya jika sampai diketahui suami?

Malu? Ya iyalah...!!!

Berikut hasil penelusuran tentang penyebab aroma Miss V tak sedap dan beberapa kiat penanganan berdasar keterangan dari pakar kesehatan yang dilansir dari pelbagai sumber.

Hal pertama yang perlu diketahui, aroma Miss V bisa berasal dari keputihan, infeksi, kebiasaan yang kurang bersih (terlalu lembab karena celana dalam yang super ketat dan terbuat dari bahan yg panas), atau bisa juga dari makanan yang beraroma tajam.

Dalam kasus lain, aroma Miss V bervariasi dari masing-masing perempuan dan berubah mulai dari kasus ringan hingga berat dikiatkan dengan siklus menstruasinya.

Sejumlah perempuan mungkin mengenali aroma yang kuat itu, namun sebagian lain yang beruntung dapat mengabaikannya. Hanya ada sedikit penyebabnya jika Anda mengenali munculnya aroma yang tidak sedap itu secara tidak teratur atau datang tiba-tiba (seperti bau amis atau asam), mungkin pertanda adanya infeksi. Jika ini yang terjadi, segera kunjungi dokter kebidanan dan kandungan untuk menegakkan diagnosis yang benar.

Yang perlu dikhawatirkan adalah, keluarnya cairan Miss V yang tidak normal. Berbau tidak enak, berwarna abu-abu kehijauan, timbul rasa gatal, panas atau nyeri, serta Miss V berwarna merah. Tanda-tanda ini juga dapat mengindikasikan adanya infeksi.

Ada dua jenis inflamasi (peradangan) vaginitis, yaitu vaginitis infeksi dan vaginitis non-infeksi. Vaginitis infeksi disebabkan oleh organisme seperti jamur Candida albicans dan bakteri Haemophillus vaginalis. Mikroorganisme yang merugikan (patogen) ini menyebabkan infeksi dan memerlukan penanganan medis sesegera mungkin.

Sedangkan vaginitis non-infeksi disebabkan oleh iritasi bahan-bahan kimia dalam krim, semprot, sabun atau pakaian ang kontak dengan daerah seputar bagian luar Miss V (vulva). Perubahan hormon selama kehamilan atau menopause juga dapat menimbulkan inflamasi pada Miss V.

Di bawah ini beberapa penyebab yang menimbulkan infeksi:
- Infeksi karena jamur dan bakteri, seperti jamur Candida albicans dan bakteri Haemophillus vaginalis.
- Keputihan yang berhubungan dengan menopause (atrophic vaginitis).
- Infeksi pada leher rahim (cervicitis).
- zat-zat yang bersifat iritatif, seperti sabun cuci dan pelembut pakaian.
- Kurang menjaga kebersihan daerah sekitar Miss V.
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat.
- Obat-obatan.
- Perubahan hormonal.

Namun masalah aroma di Miss V dapat juga dikaitkan dengan keringat. Jika hal ini yang menimpa Anda, coba kenakan pakaian, khususnya pakaian dalam yang tidak menghambat sirkulasi udara. Hindari pakaian dari bahan spandex atau sintetis. Pilih yang terbuat dari bahan katun dan bahan lain yang membuat kulit bernapas bebas.

Langkah terakhir adalah, hati-hati dengan vulva dalam perawatan harian. Jika merasa perlu, gunakan sabun antibakteri dalam kadar ringan yang bersahabat dengan kulit dan tidak 'membunuh' mikroflora normal di vagina.

Pungkasnya, berikut beberapa tips menjaga kebersihan & mencegah terjadinya infeksi Miss V:
- Jaga kebersihan dengan selalu membasuh daerah kemaluan dengan air bersih. Jangan terlalu sering menggunakan produk pembersih Miss V.
- Biasakan membasuh dari arah depan ke belakang sesudah buang air kecil atau besar. Ini mencegah Miss V tercemar dari organisme yang bersal dari anus.
- Hindari pemakaian celana dalam yang ketat terlalu sering, terutama yang terbuat dari bahan nilon. Lebih baik memakai celana dalam dari bahan yang menyerap keringat. Kenakan pakaian, khususnya pakaian dalam yang tidak menghambat sirkulasi udara. Hindari pakaian dari bahan spandex atau sintetis. Pilih yang terbuat dari bahan katun dan bahan lain yang membuat kulit bernapas bebas.
- Hindari terlalu sering menggunakan tissue toilet (khususnya yang wangi) setiap buang air kecil atau besar. Kalau memungkinkan, misalnya di rumah, ganti kebiasaan ini dengan menggunakan handuk atau kain kecil yang bersih.
- Hindari pemakaian tissue atau pembalut yang dapat menyebabkan alergi.
- Menjaga kesehatan tubuh dengan mongonsumsi makanan yang sehat dan bervariasi. (xbl)

Berapa kali anda berhubungan intim selama seminggu?