May 12, 2008

Memahami Kecemasan Remaja

Pertanyaan yang sangat menarik untuk disimak dari RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi. ketika membuka sebuah tulisannya tentang kecemasan remaja. Bila banyak pihak mencemaskan individu yang berada pada masa remaja, bagaimana dengan kecemasan yang dialami pada remaja itu sendiri?

Menurutnya, banyak alasan mengapa masa remaja menjadi sorotan yang tidak lekang waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Menurut Arnett dalam bukunya, terdapat tiga tantangan tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh remaja; konflik dengan orangtua, perubahan mood yang cepat, dan perilaku beresiko.

Peran teman sebaya yang mulai ‘menggeser’ peran orangtua sebagai kelompok referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan orangtua. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku.

Meskipun demikian, studi yang lain juga menemukan bahwa teman sebaya memang memiliki peran yang penting bagi remaja, namun pengaruh teman sebaya cenderung pada hal-hal yang berhubungan dengan gaya berpakaian, musik dan sebagainya. Sementara untuk nilai-nilai fundamental, remaja cenderung tetap mengacu pada nilai yang dipegang orangtua termasuk dalam pemilihan teman sebaya, biasanya juga mereka yang memiliki nilai-nilai sejenis.

Benarkah demikian? Agaknya para orangtua harus berbesar hati dan membuka diri agar tidak tertipu oleh model rambut, mode pakaian, musik yang berdebum di kamar remaja, juga gaya bahasa yang tidak jarang membuat telinga terasa penuh.

Kedekatanlah yang bisa membuka mata dan hati untuk melihat lebih jernih nilai-nilai yang sebenarnya dipegang remaja. Bukankah penemuan Stenberg menjadi angin segar dan harapan yang menggembirakan di mana orangtua atau keluarga tetap menjadi model utama. Hanya penampilan tentu tidak selalu sama, era digital bukankah membawa berjuta pilihan? Tidak hanya bagi remaja, tetapi juga orangtua.

Mood yang naik turun juga sering terdengar dari celetukan remaja, “Bete niiih..” Tentang mood, ada dua mekanisme di mana mood mempengaruhi memori kita. Pertama, "mood-dependent memory", suatu informasi atau realita yang menimbulkan mood tertentu, atau kedua, "mood congruence effects", kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif kala mood sedang baik, dan sebaliknya informasi negatif lebih tertangkap atau diingat ketika mood sedang jelek. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang mungkin terbentuk.

Remaja juga mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi dibandingkan periode lainnya. Hal ini pula yang mendorong remaja berpotensi meningkatkan kecemasan karena kenekatannya sering mengiring pada suatu perilaku atau tindakan dengan hasil yang tidak pasti.

Keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal menjadi salah satu pemicu utama. Perilaku nekat dan hasil yang tidak selalu jelas dapat diasumsikan sebagai peluang besar untuk meningkatnya kecemasan pada remaja.

Ada banyak hal lain yang sebenarnya menjadi faktor yang mempengaruhi kecemasan pada remaja. Seperti faktor budaya, rasa percaya diri, dan konsep diri adalah beberapa faktor yang menjadi faktor penentu kecemasan pada remaja.

Dengan adanya interaksi yang baik antara orangtua dengan anaknya yang tumbuh remaja, mudah-mudahan terbangun pemahaman satu sama lain. Sehingga orangtua dapat membantu anak remajanya untuk menemukan konsep diri yang benar dan terhindar dari berbagai perilaku menyimpang.

Berapa kali anda berhubungan intim selama seminggu?